DAFTAR ISI

Menulis Paragraf Naratif

Kompetensi
Kompetensi Dasar
  • Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragaraf naratif.
Indikator
  1. Mendefinisikan paragraf naratif
  2. Menentukan paragraf narasi ekspositif
  3. Menentukan topik-topik paragraf
  4. Menentukan langkah-langkah menulis paragraf
  5. Membuat kerangka sesuai topik
  6. Mengembangkan kerangka menjadi paragraf naratif
  7. Memperbaiki kesalahan teknik penulisan (susunan kalimat, pilihan kata, dan ejaan)
  8. Melengkapi paragraf naratif dengan kata penghubung.
Pengertian Paragraf Naratif
Anda pasti pernah menuliskan kalimat dalam beberapa paragraf. Akan tetapi, tahukah Anda jenis paragraf yang Anda tulis tersebut? Berdasarkan jenisnya paragraf dibedakan menjadi paragraf naratif, deskriptif, ekspositif, argumentatif, dan persuasif.
Nah, apakah paragraf yang Anda tulis berupa cerita yang dikisahkan secara berurutan? Misalnya, ada tokohnya, ada tempatnya, ada urutan waktunya (kronologis)? Apabila ya, maka paragraf tersebut termasuk paragraf naratif. Jadi, paragraf naratif adalah paragraf berbentuk cerita atau kisahan yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu) sehingga menjadi suatu rangkaian. Dalam paragraf naratif, kita harus bisa menghadirkan tulisan yang membawa pembaca pada petualangan seperti yang kita alami. Dengan demikian, para pembaca akan merasakan urutan waktu yang digambarkan dalam tulisan. Urutan waktu yang diisi dengan berbagai kegiatan tersebut akan menghasilkan tulisan naratif yang menarik untuk dibaca. Tulisan naratif bertujuan menjelaskan sesuatu dalam bentuk kisahan. Hal yang dijelaskan dapat berupa kejadian yang sesungguhnya maupun kejadian rekaan (fiktif). Paragraf yang dituliskan berdasarkan rekaan atau khayalan (tulisan fiktif) disebut dengan paragraf narasi sugestif. Paragraf yang dituliskan berdasarkan kenyataan atau pengalaman disebut paragraf narasi ekspositoris.
Paragraf Narasi Sugestif
Contoh Paragraf Narasi sugestif
Dibandingkan dengan hidup manusia yang susah, nasibku jauh lebih baik. Bukankah menjadi binatang piaraan Tuan Konglo yang kaya raya merupakan keberuntungan tak ternilai? Aku tak tahu persis alasan Tuan Konglo memeliharaku. Bukankah dia bisa membeli anjing yang lebih bermartabat dibanding aku? Rupanya ada kisah khusus tentang diriku. Menurut obrolan Bibi Tintin, pembantu Tuan Konglo, dulu aku terserempet mobil Tuan Konglo. Untuk menebus rasa bersalahnya, Tuanku memelihara aku.
“Gembong! Jaga rumah ya. Kalau ada orang mencurigakan, langsung serang. Gigimu masih tajam, kan?” Tuan Konglo menyodorkan daging sapi. Kujawab dengan gonggongan kecil. Tanda aku sangat setuju. Tuanku senang. Ia mengelus-elus buluku. Aku pun merasa tersanjung.
Paragraf Narasi Ekspositoris
Contoh Paragraf Narasi ekpositoris
Seperti biasa, setiap hari pukul 06.00 Beny sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Akan tetapi, Senin pagi itu berbeda dari hari biasanya. Jam yang biasanya berdering membangunkannya tidak berdering. Dia bangun terlambat. Jam sudah menunjukkan angka enam. Dia terburu-buru melompat dari tempat tidur dan hanya sempat membasuh muka. Dia kayuh sepedanya dengan cepat. Sekitar tiga ratus meter menjelang sekolah, ban sepedanya kempis. Akhirnya, dia mendorong sepeda sampai ke sekolah. Setibanya di depan sekolah pintu gerbang sudah ditutup, dia hanya sempat menuliskan nama dan memberikannya kepada guru piket. Dia dianjurkan pulang dan belajar di rumah. Sungguh malang nasib Beny hari itu.
Dari kedua contoh tersebut dapat diidentifikasi ciri paragraf naratif yakni ada urutan cerita, ada tokoh, ide pokok menyebar di setiap kalimat, dan hubungan antarkalimatnya padu (kohesi dan koherensi).
Topik Paragraf Naratif
Topik mengenai apa saja dapat kita kembangkan menjadi paragraf naratif asalkan prinsip-prinsip dalam penulisan paragraf naratif kita perhatikan, yaitu ada tokoh pengisi cerita, merangkaikan peristiwa dalam cerita, cerita disajikan sesuai dengan urutan waktu dan kejadian, cerita memiliki latar (setting) yang digambarkan dengan jelas, mempunyai jalan cerita (alur).
Misal: Keadaan Aryo. Nah, Anda dapat membuat narasi dengan topik itu. Nanti Anda mencoba mengembangkan.
Cermatilah topik-topik berikut!
Contoh topik paragraf naratif
  1. Aktivitas Sehari-hari
  2. Pengalaman yang mengesankan
  3. Berdarmawisata
Topik-topik tersebut dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif karena uraiannya berdasarkan kronologi waktu dan peristiwa.
Contoh topik yang tidak dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif:
  1. Proses pembuatan batik 
  2. Jauhilah narkoba
  3. Cara belajar yang efektif
Topik a dan c tepat dikembangkan menjadi paragraf eksposisi dan topik b tepat dikembangkan menjadi paragraf persuasi
Menulis Paragraf Naratif
Jika ingin menulis paragraf naratif, Anda perlu memperhatikan langkah-langkah berikut.
  • Menentukan topik
  • membuat kerangka
  • menulis paragraf (mengembangkan kerangka)
  • mengedit tulisan.
Contoh
Topik : Keadaan Aryo
Kerangka topik
  1. Aryo mahasiswa Fakultas Pertanian IPB tahun ke –5 
  2. Sedang menyusun skripsi akhir
  3. Diterima bekerja di pabrik/perusahaan permen
  4. Gaji cukup, fasilitas menarik
  5.  Ayahnya sudah pensiun tahun lalu
  6. Adiknya masuk perguruan tinggi 
  7. Aryo menyusun skripsi, sambil bekerja
Contoh pengembangan kerangka:
Aryo adalah mahasiswa Fakultas Pertanian IPB tahun ke –5, saat ini ia sedang menyusun skripsi. Karena biaya untuk menulis skripsi tidak ada, ia melamar ke perusahaan permen. Sungguh sangat beruntung, ia diterima di perusahaan tersebut. Gajinya cukup besar di samping itu ia mendapat fasilitas yang cukup menarik. Ayahnya sudah pensiun tahun lalu sehingga kesulitan dalam membiayai pendidikan anak-anaknya. Adiknya yang mau masuk perguruan tinggi menjadi tanggung jawab Aryo. Ia menyusun skripsinya sambil bekerja. Memang Aryo adalah anak yang cerdas dan murah hati.
Menyunting Paragraf
Hal-hal yang perlu Anda perhatikan pada saat menyunting paragraf adalah
  • kesesuaian isi paragraf dengan topik 
  • kesesuaian isi paragraf dengan kerangka
  • penggunaan kalimat yang koherensi (padu), kalimat pertama harus berkaitan dengan kalimat kedua. Kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga dst.
  • ejaan dan pilihan katanya (baku atau tidak, tepat atau tidak)
Contoh
R.A Kartini dilahirkan pada tanggal 21-4-1879 di Mayong Kabupaten Jepara. Ia puteri yang kelima dari Bupati Jepara, R.M. Adipati Sosroningrat. Saudara Kartini berjumlah 11 orang, lima orang puteri dan enam orang putera. Ketika Kartini berumur 7 tahun, ia dimasukkan oleh orang tuanya ke sekolah kelas dua Belanda di kota Jepara.
Penjelasan
Penulisan tanggal 21 -4-1879 seharusnya 21 April 1879.
Penulisan 11 orang seharusnya sebelas orang.
Penulisan 7 tahun seharusnya tujuh tahun.
Unsur Intrinsik Drama
Kerangka karangan
  1. kakek mendorong gerobak
    • siang hari matahari terik
    • berjalan tertatih-tatih
    • mendorong gerobak
    • gerobak berisi barang loak/bekas
  2. kakek beristirahat
    • beristirahat dekat gerobak
    • mengipas dengan koran bekas
    • perut terasa lapar •
    • makan tanpa menghiraukan orang
  3. kakek pulang
    • mendorong gerobak
    • wajah yang ceriah
    • perjalanan jauh
    • rumah kardus di bawah jembatan
    • tiba di rumah
Kerangka tersebut dikembangkan menjadi tiga paragraf. Setiap paragraf memiliki kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Karangan yang sudah selesai dibaca kembali dan dikoreksi untuk menghindari kesalahan.
Kata penghubung
Ketika membuat paragraf, tentu Anda memerlukan kata penghubung. Kata penghubung tersebut ada yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, kata dengan kelompok kata, kelompok kata dengan kelompok kata, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf.
Kata penghubung dibedakan atas
  • kata penghubung intrakalimat
  • kata penghubung antarkalimat.
Kata penghubung intrakalimat adalah kata penghubung yang terdapat di dalam satu kalimat. Misalnya: dan, serta, lagi, tetapi, karena, kemudian, dll. Kata penghubung antarkalimat adalah kata penghubung yang menghubungkan kalimat dengan kalimat (antarkalimat). Misalnya: akan tetapi, oleh karena itu, dengan demikian, dll.
Contoh:
Pada suatu hari Kusno sakit kepala. Ia tahu, bahwa sakit kepala itu segera akan hilang, jika ia dapat mengisi perutnya. Dua hari dua malam tak ada lain yang dimakannya selain daun-daun kayu. Ada terlayang dipikirannya untuk menjual celana 1001 itu, guna membeli sekedar makanan yang pantas dimakan manusia. Akan tetapi, lekas dibuangnya pikiran itu. Jikacelana itu dijualnya, perutnya kenyang buat beberapa detik, tetapi sesudah itu dengan apa akan ditutupnya auratnya? Sekali pula ada niatnya untuk mencuri barang orang lain, tapi Tuhan berkata, jauhi dirimu dari curi mencuri dan keluarga Kusno turun-temurun takut kepada Tuhan itu, sungguh pun belum pernah dilihatnya.
Begitulah Kusno tidak menjual celana, tidak mencuri, sering sakit kepala dan hidup dengan daun-daun kayu. Akan tetapi, ia hidup terus sengsara memang, tapi hidup dengan bangga. ...
(Kisah Sebuah Celana Pendek, Idrus)

Sumber : http://belajar.kemdiknas.go.id/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar